Beseprah Jadi Cermin Kesederajatan dalam Erau Adat Kutai 2025
Teks : Kegiatan Beseprah di depan Museum Mulawarman Tenggarong
Mediamahakam.com, KUTAI KARTANEGARA – Tradisi Beseprah kembali digelar dalam rangkaian Erau Adat Kutai 2025. Bagi masyarakat Kutai Kartanegara, Beseprah bukan sekadar jamuan makan bersama, melainkan pelajaran luhur tentang kesederajatan. Semua orang duduk bersila di atas tikar, tanpa memandang jabatan, derajat, maupun harta.
Bupati Kutai Kartanegara, dr. Aulia Rahman Basri, menyebut tradisi ini mengingatkan pada fitrah kemanusiaan.
“Beseprah mengajarkan bahwa setinggi apapun jabatan dan sekaya apapun, pada akhirnya hanyalah manusia biasa yang memerlukan makan dan minum seperti makhluk Tuhan lainnya,” ujarnya.
Ia menegaskan, nilai kerendahan hati yang terkandung di dalamnya relevan dengan tata kelola pemerintahan modern. Menurutnya, semangat pemimpin melayani harus menjadi jantung dari visi misi Kukar Idaman Terbaik.
“Pembangunan yang dilaksanakan bukanlah untuk penguasa, melainkan untuk kesejahteraan seluruh rakyat Kukar,” katanya.
Lebih jauh, Aulia berpesan agar momentum Beseprah tidak berhenti pada ritual budaya, tetapi dimaknai dalam kehidupan sehari-hari.
“Sebelum kita bersama-sama menikmati hidangan, mari kita resapi kembali makna Beseprah ini dengan sebaik-baiknya. Bawa pulang semangat kesederajatan, jiwa melayani, dan kokohnya kebersamaan hari ini ke dalam tugas kita masing-masing,” tuturnya.
Makna itu kian terasa ketika Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Aji Muhammad Arifin, duduk berjejer bersama masyarakat. Tanpa sekat, ia menikmati hidangan tradisional khas Kutai bersama para pemimpin daerah.
Ritual dimulai dengan pemukulan kelontong bambu oleh Sultan bersama unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kukar. Tampak hadir Bupati Kukar, Wakil Bupati Kukar, Sekretaris Daerah, serta jajaran Forkopimda lainnya.
Beseprah yang digelar di sepanjang Jalan Diponegoro, Tenggarong, Kamis (25/9/2025) itu menyajikan aneka makanan, minuman, dan jajanan khas Kutai. Ribuan masyarakat tumpah ruah memenuhi jalan, menyambut momen kebersamaan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Kutai Kartanegara.
(Zii)